Sekretaris Jenderal gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah menyebut pengakuan Yerusalem (al-Quds) sebagai ibukota Israel merupakan penghinaan.
Nasrallah juga membenarkan, ada terowongan di perbatasan antara Lebanon dan wilayah Palestina yang diduduki. Ia mengatakan keterlambatan dalam menemukan terowongan membuktikan kegagalan intelijen Israel.
Israel harus membayar harga atas serangan pekan lalu ke pinggiran selatan ibukota Lebanon, Beirut.
Lebanon dan gerakan Hizbullah mematuhi Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB, yang menjadi perantara gencatan senjata dalam perang Israel 2006, tetapi jika rezim Tel Aviv menyerang negara Arab, negara itu akan menghadapi tanggapan yang setimpal.
Beberapa orang bahkan setelah konfrontasi militer antara Iran dan Amerika Serikat (AS) dengan harapan mengubah persamaan regional dan menggambar kembali peta Timur Tengah.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah menyebut militer Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah (Timteng) akan membayar harga, atas terbunuhnya komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani
Respons terhadap pembunuhan Jenderal Soleimani bukan hanya tanggung jawab Iran, tetapi juga seluruh sumbu perlawanan
Nasrallah menambahkan bahwa pembunuhan komandan penting Iran membantu seluruh umat Islam untuk mengetahui musuh terburuk mereka, Setan Besar, sebuah julukan untuk AS.